Faris Pasha Firdaus ( Janatun Firdaus )

Selasa, 26 Juni 2012

Tentang Cinta Bahasa Indonesia


Perkembangan bahasa Indonesia belakangan ini memprihatinkan. Generasi muda semakin tidak peduli terhadap bahasa persatuan bangsa Indonesia itu. Akibatnya, banyak generasi muda yang tidak mengerti ejaan yang tepat maupun tata bahasa yang baik. Akibatnya, bahasa Indonesia terkesan menjadi bahasa yang rancu. Selain itu, rasa bangga terhadap bahasa asing yang terlalu tinggi juga menjadi salah satu faktor pengikis rasa cinta masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Itulah fenomena yang terjadi pada generasi muda sekarang. 

Tingkat apresisasi mahasiswa terhadap sastra Indonesia pun tergolong rendah. Padahal, bahasa Indonesia telah menjadi motor penggerak kemerdekaan. Sayang, setelah 66 tahun merdeka atau 83 tahun pascadeklarasi Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia belum mendapat tempat semestinya di negeri ini. Bahkan, dalam institusi formal, bahasa Indonesia belum dipakai maksimal. Banyak contoh pemimpin negeri ini lebih senang menggunakan bahasa asing, padahal istilah asing itu memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Contohnya, kata political will yang sering dipakai presiden. 

Bahasa gaul Modernisasi kehidupan masyarakat tanpa kita sadari telah berdampak langsung terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Remaja Indonesia seakan lebih bangga bila menggunakan bahasa gaul dibandingkan memakai bahasa Indonesia sesuai tatanan pola bahasa. Orang lebih suka memakai bahasa Inggris karena merasa dianggap lebih keren, pintar, dan unggul. Dalam berkomunikasi dengan orang lain pada media Twitter, misalnya, orang lebih sering menggunakan kalimat disingkat-singkat daripada kalimat yang jelas dan baku. Mereka juga tak memperhatikan tata tulisan dan menggunakan istilah-istilah yang tidak dibenarkan dalam pola bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa gaul telah sampai pada kaum berpendidikan seperti mahasiswa. Apabila hal tersebut dibiarkan terus-menerus, akan banyak sarjana tak lagi memiliki kemampuan berbahasa Indonesia baik dan benar.

Sebagai penerus bangsa, kita mempunyai tanggung jawab besar untuk melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aksi teatrikal Menyikapi kondisi tersebut, sekitar 70 mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, Semarang, yang tergabung dalam Laskar Bahasa (Forum Mahasiswa Bahasa Indonesia), November lalu mengadakan aksi damai Gerakan Cinta Bahasa Indonesia.

Peserta memulai aksi dari Balaikota Semarang, lalu berjalan kaki ke arah Simpang Lima dan berakhir di Kantor Gubernur Jawa Tengah. Mereka mengadakan aksi teatrikal. Salah satu peserta duduk di atas badan peserta lain yang menggambarkan bahasa Indonesia seakan terjajah oleh bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris). Peserta gerakan juga membagikan stiker bertulisan ”Aku Cinta Bahasa Indonesia” kepada pengguna kendaraan dan warga Kota Semarang yang lewat kawasan itu. Tujuan mahasiswa mendatangi instansi pemerintah adalah mengimbau agar pejabat lebih mencintai dan membiasakan berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kepada sesama mahasiswa, peserta aksi menyerukan agar dalam pergaulan kampus semaksimal mungkin tidak memakai bahasa gaul sebab bahasa gaul bukan cermin kepribadian masyarakat akademis.

Gerakan Cinta Bahasa Indonesia bertujuan menegaskan serta memantapkan kembali kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Ini juga merupakan salah satu langkah untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia. Generasi muda memiliki kekuatan untuk mempertahankan bahasa nasional melalui intelektualitas dan semangatnya. Diperlukan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa sehingga menumbuhkan rasa ingin mempertahankannya.

Rasa cinta itu bisa dimulai dari keikutsertaan masyarakat dalam ruang untuk apreasiasi bahasa Indonesia. Misalnya berupa puisi, artikel kebahasaan, ragam tulis maupun lisan lain dalam bahasa Indonesia yang dihadirkan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia. Mungkin kita harus becermin kepada bangsa Perancis yang amat bangga menggunakan bahasa mereka dan berkeras menomorsatukan penggunaan bahasanya sendiri. Itu bisa membuat orang asing tertarik dan memaksa diri mempelajari bahasa Perancis. Membudayakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bahasa pergaulan di tengah kencangnya arus modernisasi serta dunia pergaulan yang semakin tanpa batas, bukan sesuatu yang mudah. Tetapi setidaknya gerakan ini memancing rasa nasionalisme anak muda terhadap bahasa bangsanya sendiri.

Tulisan ini di muat di Media Cetak KOMPAS 27 Desember 2011
http://oase.kompas.com/read/2011/12/27/05084487/Tentang.Cinta.Bahasa.Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar